Suara dari NTT
Talenta dari bagian Tengah dan Timur Indonesia memang tidak pernah ada
habisnya guys, sayangnya kesempatan yang diberikan bagi para siswa
berprestasi di sana masih perlu ditingkatkan lagi.
“Sebenarnya apa sih yang terjadi? Kenapa masih banyak anak
Indonesia yang belum memiliki kesempatan dan fasilitas untuk belajar
ataupun berkompetisi?” Pertanyaan-pertanyaan ini terus
mengelilingi pikiranku, hingga akhirnya aku berkesempatan untuk
ngobrol dengan Pemenang Medali Perak Fisika IRC 2021 dari NTT,
Miltiades Avelina Angkat, atau biasa dipanggil Velin.
It was really an honor for me untuk bisa berbincang-bincang langsung
dengan Velin, dan jujur guys, saat kontek-kontekan dengan Velin via
WhatsApp, aku bisa langsung merasakan keterbatasan yang ada di Nusa
Tenggara Timur. Tanpa mengurangi rasa hormatku terhadap daerah
manapun, di artikel ini aku hanya bermaksud untuk sharing tentang
pengalamanku berbincang-bincang dengan Velin.
Pasti kalian udah bisa tebak nih, kira-kira hal apa yang menjadi
tantangan terberatnya. Yapp, Internetnya ngelag parahhh. Aku ga bisa
bayangin gimana caranya mereka belajar di saat pandemi seperti ini,
dan karena itu aku sangat mengagumi Velin. Di kompetisi akademis
pertamanya; IRC, ia berhasil meraih medali perak tanpa bimbingan dari
les manapun dan dengan fasilitas seadanya di NTT. “Wah anak dari
NTT ga ikut les khusus tapi bisa menang? Keren banget dong,”
rasa penasaranku pun muncul guys. Alhasil, obrolan kami menjadi sangat
menarik, meskipun hanya dengan saling berbalas Voice Note (VN) karena
tidak bisa langsung telfonan.
Dari pertanyaan pertama saja, aku bisa merasakan motivasi yang sangat
besar dari diri Velin, “Saya bisa ikut IRC itu karena kebetulan
postingan Wardaya College tentang IRC muncul di sa pu Instagram. Nah,
karena penasaran, sa stalking IGnya, dan lihat ternyata IRC ini
sepertinya bisa menghasilkan orang-orang yang bermutu. Ditambah lagi
ada sertifikat yang bisa dipakai untuk masuk ke
universitas-universitas yang diinginkan dan hadiahnya pun juga besar,
lumayan untuk beli kuota internet di masa pandemi seperti sekarang.
Apalagi di kami punya daerah sangat susah untuk mendapatkan
wifi,” jawab Velin tentang apa yang mendorongnya untuk daftar
IRC.
*Notes: sa = saya, pu = punya
Tantangan demi tantangan pun ia hadapi, dan lagi-lagi si Internet ini
terus menjadi kendala. Bahkan Velin juga cerita, “Saya merasa
Internetnya sangat kurang, misalnya pas lagi bimbingan toh, waktu
panitia lagi kasih materi pelatihan, tiba-tiba ngelag jaringannya.
Terus saya terpaksa keluar dari zoom, pas saya masuk lagi sudah
selesai soal yang pertama dan lanjut ke soal yang kedua. Jadi kan di
situ muncul rasa malas, apalagi pemahaman saya juga tidak bisa
langsung konek ke soal yang baru itu.”
Ga berhenti sampai di kendala jaringan doang nih guys, Velin pun juga
merasa cukup kesulitan dengan materi lomba IRC karena level
kesulitannya termasuk tinggi, “Terus dari segi materinya, tentu
juga sa tidak terlalu familiar. Mungkin di kota-kota besar itu banyak
anak-anak yang dapat bimbel atau les tambahan, sementara kami di sini
mutlak hanya belajar di sekolah saja karena jarang ada yang mau kasih
bimbel. Jadi, materinya kami juga terlambat sehingga sa susah untuk
beradaptasi dengan materi yang panitia kasih.”
Wow… aku sampai speechless guys dengarnya. Mungkin aku memang
pernah lihat banyak berita tentang masalah internet, kurangnya
pemerataan pendidikan di Indonesia, dan kabar-kabar lainnya. Tapi for
the first time, aku dapat informasi ini secara aktual, tajam, dan
terpercaya (kalau kata pembawa-pembawa berita), dari anak yang
mengalami semua kendala tersebut. Ini gila sih…. Sejak saat
itu, setiap kali wifi rumahku down pas lagi kelas online, aku ga
banyak ngeluh karena teringat sama cerita Velin itu.
Btw guys, seperti yang udah disebut Velin tadi mengenai kendala
materi, ternyata hal ini juga ada hubungannya dengan kurangnya buku
referensi di sana. Jadi untuk persiapan IRC ini, Velin biasanya hanya
bisa meminta beberapa soal atau materi tambahan ke guru-guru
sekolahnya saja.
“Belum lagi jadwal belajar yang terkadang harus terpotong untuk
mengurus urusan rumah,” sambung Velin. Wah, ini pengetahuan baru
guys buat aku pribadi. Ternyata, di NTT itu mereka punya kebiasaan
untuk secara rutin masak dan melayani tamu yang datang ke rumah,
terlepas mereka sedang les ataupun belajar, “Seperti waktu ada
bimbingan dari IRC yang lesnya sampai jam 7 WITA, saya bolos dari jam
5 karena kalau sudah sampai di rumah, jam 5 ke atas itu biasanya kami
masak. Untungnya panitia ada kirim pdf juga untuk penjelasannya jadi
tidak terlalu tertinggal.”
Tapi meskipun demikian, seperti kata pepatah, kita ga boleh
terlarut-larut dalam keterpurukan, dan hal itulah yang diterapkan oleh
Velin. Meskipun sulit, Velin tetap berusaha semaksimal mungkin untuk
mempelajari seluruh materi dalam silabus. Ia juga meminta beberapa
materi dan soal-soal tambahan dari guru sekolahnya. Bermodal keinginan
dan semangat, dengan semua jerih payah dan perjuangan yang telah ia
lalui selama masa persiapan, akhirnya hasil pun berbicara. Medali
Perak berhasil ia raih, dan Velin dinobatkan menjadi Perempuan Terbaik
IRC 2021. What an outstanding achievement! Velin merasa sangat senang
saat mendengar pengumuman ini, bukan hanya karena keberhasilannya
semata, melainkan juga karena ada nama kedua orang tuanya yang
terpampang di layar, “Senangnya jadi double,” tambah
Velin.
Oiya guys, satu hal lagi yang buat aku salut adalah dengan seluruh
prestasi yang telah diraih, Velin benar-benar jauh dari kata sombong.
Ia menegaskan bahwa dukungan dari gurunya lah yang membuatnya bisa
melangkah sejauh ini, “Sebetulnya sa semangat ikut IRC karena
setiap belajar guru fisika yang ada di sekolah selalu menjamin makanan
dan minuman, bahkan waktu lombanya mereka rela hujan-hujan hanya untuk
temani saya. Sa mau bilang yang luar biasa itu mereka bukan saya.
Kalau saya lihat dari zoom-zoom IRC yang saya ikut, banyak siswa/i
yang ikut lomba dari rumah masing-masing, tapi saya punya guru
mewajibkan saya untuk ikut dari sekolah, supaya apa? Supaya saya tidak
pake kuota internet sendiri, tidak menyontek dan bisa dijamin
makanannya,” ucap Velin.
Saat itu, saya kembali dikejutkan dengan cerita Velin. Ternyata, di
NTT bukan hanya anak-anaknya saja yang memiliki banyak potensi,
melainkan guru-guru yang juga sangat tulus dalam mendidik murid-murid
mereka. Bisa kalian bayangin guys, mereka mau hujan-hujanan dan
menyediakan segala macam fasilitas agar muridnya dapat berkompetisi
dengan baik. Ini sama sekali bukan pengorbanan yang sepele.
Kalau guru dan muridnya telah berjuang sekeras itu, dan bahkan sampai
berhasil meraih medali, artinya pelajar dan pengajar di NTT bukan
hanya sekedar berpotensi, namun telah membuktikannya dengan prestasi.
So, what’s next? Apakah intan ini akan dibiarkan begitu saja
terpendam di dalam tanah bersama dengan kerikil, atau akan diambil
untuk diasah menjadi berlian? Jujur, aku masih tidak tau siapa yang
seharusnya menjawab pertanyaan ini. Tapi yang pasti, meskipun memang
dibutuhkan andil dari berbagai pihak untuk pemerataan pendidikan ke
seluruh penjuru Indonesia, langkah pertama selalu ada di tangan kita.
Terkadang, peluang itu tidak selalu diberikan, tapi kita sendiri yang
harus mencari dan mewujudkannya menjadi keberhasilan.
Anyway guys, sebagai penutup, Velin juga sempat memberikan tips
belajarnya untuk kita semua loh. Ia bilang, “Tips belajar yang
pertama itu harus percaya diri. Apalagi pas saya ikut olimpiade
fisika, saya PD dengan rumus-rumus yang ada sudah saya pelajari.
Intinya hafal yang dasar, dengan begitu yang rumit-rumit nanti dapat
kita substitusikan dengan rumusan dasar.” Tidak hanya soal
akademis, Velin pun menegaskan, “Selain itu, juga jangan pernah
anggap enteng segala sesuatu, karena kalau begitu semangatnya kurang.
SANTE, SERIUS, SUKSES. Yang utama itu jangan lupa berdoa.”
Wuihhh, memang keren banget nih tips dari Velin. Jadi ingat ya guys,
sesulit apapun keadaannya, tetap bawa sante aja 😊, tapi juga serius.
Nah, kurang lebih sekian cerita yang Velin share ke aku saat kita
ngobrol-ngobrol. Semoga dengan cerita dari Velin ini, kita semua bisa
terpacu untuk semakin semangat mengejar cita-cita kita masing-masing
yaa. Best of luck untuk kita semua!