• telegram
  • instagram
  • youtube

Copyright 2021 © Wardaya College

logomenu

Suara dari NTT

Suara dari NTT
Talenta dari bagian Tengah dan Timur Indonesia memang tidak pernah ada habisnya guys, sayangnya kesempatan yang diberikan bagi para siswa berprestasi di sana masih perlu ditingkatkan lagi.
“Sebenarnya apa sih yang terjadi? Kenapa masih banyak anak Indonesia yang belum memiliki kesempatan dan fasilitas untuk belajar ataupun berkompetisi?” Pertanyaan-pertanyaan ini terus mengelilingi pikiranku, hingga akhirnya aku berkesempatan untuk ngobrol dengan Pemenang Medali Perak Fisika IRC 2021 dari NTT, Miltiades Avelina Angkat, atau biasa dipanggil Velin.

It was really an honor for me untuk bisa berbincang-bincang langsung dengan Velin, dan jujur guys, saat kontek-kontekan dengan Velin via WhatsApp, aku bisa langsung merasakan keterbatasan yang ada di Nusa Tenggara Timur. Tanpa mengurangi rasa hormatku terhadap daerah manapun, di artikel ini aku hanya bermaksud untuk sharing tentang pengalamanku berbincang-bincang dengan Velin.

Pasti kalian udah bisa tebak nih, kira-kira hal apa yang menjadi tantangan terberatnya. Yapp, Internetnya ngelag parahhh. Aku ga bisa bayangin gimana caranya mereka belajar di saat pandemi seperti ini, dan karena itu aku sangat mengagumi Velin. Di kompetisi akademis pertamanya; IRC, ia berhasil meraih medali perak tanpa bimbingan dari les manapun dan dengan fasilitas seadanya di NTT. “Wah anak dari NTT ga ikut les khusus tapi bisa menang? Keren banget dong,” rasa penasaranku pun muncul guys. Alhasil, obrolan kami menjadi sangat menarik, meskipun hanya dengan saling berbalas Voice Note (VN) karena tidak bisa langsung telfonan.
Dari pertanyaan pertama saja, aku bisa merasakan motivasi yang sangat besar dari diri Velin, “Saya bisa ikut IRC itu karena kebetulan postingan Wardaya College tentang IRC muncul di sa pu Instagram. Nah, karena penasaran, sa stalking IGnya, dan lihat ternyata IRC ini sepertinya bisa menghasilkan orang-orang yang bermutu. Ditambah lagi ada sertifikat yang bisa dipakai untuk masuk ke universitas-universitas yang diinginkan dan hadiahnya pun juga besar, lumayan untuk beli kuota internet di masa pandemi seperti sekarang. Apalagi di kami punya daerah sangat susah untuk mendapatkan wifi,” jawab Velin tentang apa yang mendorongnya untuk daftar IRC.

*Notes: sa = saya, pu = punya

Tantangan demi tantangan pun ia hadapi, dan lagi-lagi si Internet ini terus menjadi kendala. Bahkan Velin juga cerita, “Saya merasa Internetnya sangat kurang, misalnya pas lagi bimbingan toh, waktu panitia lagi kasih materi pelatihan, tiba-tiba ngelag jaringannya. Terus saya terpaksa keluar dari zoom, pas saya masuk lagi sudah selesai soal yang pertama dan lanjut ke soal yang kedua. Jadi kan di situ muncul rasa malas, apalagi pemahaman saya juga tidak bisa langsung konek ke soal yang baru itu.”

Ga berhenti sampai di kendala jaringan doang nih guys, Velin pun juga merasa cukup kesulitan dengan materi lomba IRC karena level kesulitannya termasuk tinggi, “Terus dari segi materinya, tentu juga sa tidak terlalu familiar. Mungkin di kota-kota besar itu banyak anak-anak yang dapat bimbel atau les tambahan, sementara kami di sini mutlak hanya belajar di sekolah saja karena jarang ada yang mau kasih bimbel. Jadi, materinya kami juga terlambat sehingga sa susah untuk beradaptasi dengan materi yang panitia kasih.”

Wow… aku sampai speechless guys dengarnya. Mungkin aku memang pernah lihat banyak berita tentang masalah internet, kurangnya pemerataan pendidikan di Indonesia, dan kabar-kabar lainnya. Tapi for the first time, aku dapat informasi ini secara aktual, tajam, dan terpercaya (kalau kata pembawa-pembawa berita), dari anak yang mengalami semua kendala tersebut. Ini gila sih…. Sejak saat itu, setiap kali wifi rumahku down pas lagi kelas online, aku ga banyak ngeluh karena teringat sama cerita Velin itu.

Btw guys, seperti yang udah disebut Velin tadi mengenai kendala materi, ternyata hal ini juga ada hubungannya dengan kurangnya buku referensi di sana. Jadi untuk persiapan IRC ini, Velin biasanya hanya bisa meminta beberapa soal atau materi tambahan ke guru-guru sekolahnya saja.

“Belum lagi jadwal belajar yang terkadang harus terpotong untuk mengurus urusan rumah,” sambung Velin. Wah, ini pengetahuan baru guys buat aku pribadi. Ternyata, di NTT itu mereka punya kebiasaan untuk secara rutin masak dan melayani tamu yang datang ke rumah, terlepas mereka sedang les ataupun belajar, “Seperti waktu ada bimbingan dari IRC yang lesnya sampai jam 7 WITA, saya bolos dari jam 5 karena kalau sudah sampai di rumah, jam 5 ke atas itu biasanya kami masak. Untungnya panitia ada kirim pdf juga untuk penjelasannya jadi tidak terlalu tertinggal.”

Tapi meskipun demikian, seperti kata pepatah, kita ga boleh terlarut-larut dalam keterpurukan, dan hal itulah yang diterapkan oleh Velin. Meskipun sulit, Velin tetap berusaha semaksimal mungkin untuk mempelajari seluruh materi dalam silabus. Ia juga meminta beberapa materi dan soal-soal tambahan dari guru sekolahnya. Bermodal keinginan dan semangat, dengan semua jerih payah dan perjuangan yang telah ia lalui selama masa persiapan, akhirnya hasil pun berbicara. Medali Perak berhasil ia raih, dan Velin dinobatkan menjadi Perempuan Terbaik IRC 2021. What an outstanding achievement! Velin merasa sangat senang saat mendengar pengumuman ini, bukan hanya karena keberhasilannya semata, melainkan juga karena ada nama kedua orang tuanya yang terpampang di layar, “Senangnya jadi double,” tambah Velin.

Oiya guys, satu hal lagi yang buat aku salut adalah dengan seluruh prestasi yang telah diraih, Velin benar-benar jauh dari kata sombong. Ia menegaskan bahwa dukungan dari gurunya lah yang membuatnya bisa melangkah sejauh ini, “Sebetulnya sa semangat ikut IRC karena setiap belajar guru fisika yang ada di sekolah selalu menjamin makanan dan minuman, bahkan waktu lombanya mereka rela hujan-hujan hanya untuk temani saya. Sa mau bilang yang luar biasa itu mereka bukan saya. Kalau saya lihat dari zoom-zoom IRC yang saya ikut, banyak siswa/i yang ikut lomba dari rumah masing-masing, tapi saya punya guru mewajibkan saya untuk ikut dari sekolah, supaya apa? Supaya saya tidak pake kuota internet sendiri, tidak menyontek dan bisa dijamin makanannya,” ucap Velin.

Saat itu, saya kembali dikejutkan dengan cerita Velin. Ternyata, di NTT bukan hanya anak-anaknya saja yang memiliki banyak potensi, melainkan guru-guru yang juga sangat tulus dalam mendidik murid-murid mereka. Bisa kalian bayangin guys, mereka mau hujan-hujanan dan menyediakan segala macam fasilitas agar muridnya dapat berkompetisi dengan baik. Ini sama sekali bukan pengorbanan yang sepele.

Kalau guru dan muridnya telah berjuang sekeras itu, dan bahkan sampai berhasil meraih medali, artinya pelajar dan pengajar di NTT bukan hanya sekedar berpotensi, namun telah membuktikannya dengan prestasi. So, what’s next? Apakah intan ini akan dibiarkan begitu saja terpendam di dalam tanah bersama dengan kerikil, atau akan diambil untuk diasah menjadi berlian? Jujur, aku masih tidak tau siapa yang seharusnya menjawab pertanyaan ini. Tapi yang pasti, meskipun memang dibutuhkan andil dari berbagai pihak untuk pemerataan pendidikan ke seluruh penjuru Indonesia, langkah pertama selalu ada di tangan kita. Terkadang, peluang itu tidak selalu diberikan, tapi kita sendiri yang harus mencari dan mewujudkannya menjadi keberhasilan.

Anyway guys, sebagai penutup, Velin juga sempat memberikan tips belajarnya untuk kita semua loh. Ia bilang, “Tips belajar yang pertama itu harus percaya diri. Apalagi pas saya ikut olimpiade fisika, saya PD dengan rumus-rumus yang ada sudah saya pelajari. Intinya hafal yang dasar, dengan begitu yang rumit-rumit nanti dapat kita substitusikan dengan rumusan dasar.” Tidak hanya soal akademis, Velin pun menegaskan, “Selain itu, juga jangan pernah anggap enteng segala sesuatu, karena kalau begitu semangatnya kurang. SANTE, SERIUS, SUKSES. Yang utama itu jangan lupa berdoa.” Wuihhh, memang keren banget nih tips dari Velin. Jadi ingat ya guys, sesulit apapun keadaannya, tetap bawa sante aja 😊, tapi juga serius.

Nah, kurang lebih sekian cerita yang Velin share ke aku saat kita ngobrol-ngobrol. Semoga dengan cerita dari Velin ini, kita semua bisa terpacu untuk semakin semangat mengejar cita-cita kita masing-masing yaa. Best of luck untuk kita semua!

Hay....

Jika kamu butuh bantuan,

bisa langsung klik whatsapp ini